Isra Mi’raj dan Tingalan Jumenengan Dalem dua hal besar di bulan Rajab

 

Ternyata sudah masuk bulan ke tujuh lho di penanggalan Jawa, bahkan sudah tanggal tua….apa saja yang sudah kita lakukan di bulan Rajab ini? Ada apa sich di bulan rajab…kita lihat yuk, sekalian berbagi informasi…siapa tau bermanfaat…

Bulan rajab merupakan salah satu bulan yang istimewa baik dalam penanggalan Jawa maupun penanggalan Islam. Di masyarakat, terutama masyarakat Jawa dikenal dua peristiwa besar di bulan Rajab ini, yaitu peristiwa Isra’ Mi’raj dan Tingalan Jumenengan dalem di keraton Surakarta Hadiningrat. Isra’ Mi’raj terjadi pada tanggal 27 Rajab dan Tingalan Jumenengan dalem pada tanggal 25 Rajab.

Tanggal 27 Rajab ada suatu peristiwa penting yaitu peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Isra’ dan Mi’raj adalah peristiwa perjalanan (malam) Nabi Muhammad SAW dari Masjidil-Haram Makkah menuju Masjidil-Aqsha Palestina dengan tunggangan seekor Buraq (Makhluk Allah yang kecepatannya mengungguli kecepatan rambat cahaya, dan setiap langkahnya sejauh mata memandang) kemudian diteruskan perjalanan dari Masjid Al-Aqsha menuju Mustawan, melalui tujuh planet (perjalanan inter planet). Untuk memperingati peristiwa ini, sebagian masyarakat ada yang melaksanakan kegiatan Srakalan. SRAKALAN adalah kata serapan yang diambil dari bahasa Arab “Asyraqa” lengkapnya Asyraqal-Badru Alainaa yang arti bebasnya : “telah hadir Rembulan di tengah-tengah kita“. Kalimat ini menjadi bacaan pembuka ketika para Jamaah Dibaiyyah berdiri (mahallul qiyaam) dalam melantunkan kidung berjanji (Maulid Al-Barzanji). Hal ini merupakan wujud ekspresi ta’dzim yang berkaitan erat dengan peristiwa kedatangan Rasulullah hijrah di Madinah. Srakalan merupakan ritual keagamaan Islam tradisional yang mengkombinasikan syair-syair Pujian kepada Allah dan Rasul-Nya. Dalam istilah lain, ritual ini dapat pula disebut dengan Marhabanan atau “debaan” (Maulid Ad-Diba’iy). Kegiatan ini biasanya dilakukan di pesantren-pesantren. (http://buntetpesantren.org/)

Masing-masing masyarakat memiliki cara mereka sendiri untuk memaknai, menyambut ataupun mengisi bulan rajab ini. Bagi masyarakat Jawa sendiri, bulan Rajab merupakan bulan yang penting. Di bulan Rajab orang Jawa disuruh atau diajari untuk ingat dengan saudara tuanya dan disuruh untuk berpuasa, puasa apapun boleh. Karena ternyata puasa di bulan Rajab banyak sekali keutamaannya selain agar kehidupan masyarakat selalu dalam keadaan terteram rahayu. Nah di Jawa, khususnya di wilayah Solo dan sekitarnya pada bulan Rajab ada kegiatan yang tidak kalah penting dan besar. Tepatnya pada tanggal 25 Rajab ada Tingalan Jumenengan Dalem, satu-satunya cuma ada di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Acara ini dilaksanakan untuk memperingati naiknya Tahta Raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Tahun ini, acara tersebut dilaksanakan pada hari Senin, 27 Juni 2011 yang merupakan tahun ke VII Tingalan Jumenengan Dalem SISKS PB XIII Hangabehi.

kolase-kanjeng-29-7-08-29 untitleduntitled 2

Dalam kegiatan ini, serangkaian kegiatan dilaksanakan agar acara tatacara dan upacara adat ini lebih memberikan makna tidak saja sebagai salah satu tanda tetap berlangsungnya simbol khasanah budaya Jawa yaitu kedaton bersama seluruh entitasnya secara utuh baik fisik, kegiatan budaya serta pelaku termasuk noto, sentono, abdi dan kawulonya maupun bahkan yang terpenting nilai luhur yang diharapkan juga lestari seiring pelaksanaan tata cara dan upacara adat secara rutin setiap tahun, termasuk upacara dan tata cara adat tingalan jumenengan dalem. Upacara adat ini hanya boleh dilakukan atau digelar di dalam Keraton Kasunanan Surakarta lho…di tempat lain nggak ada…

Nah…sudah ada yang ke wilayah keraton Solo belum nich,,,, disana pasti sudah ramai sekali dari sekarang….

Karena rangkaian upacara adat tingalan jumenengan dalem yang digelar di Keraton Kasunanan Surakarta dimulai dengan diadakannya “Kraton Surakarta art & festival” yang diadakan di Sitihinggil tanggal 25-26 Juni 2011 jam 19.00-21.30WIB setiap hari. Jadi buat teman-teman yang berada di wilayah Solo dan sekitarnya nanti malam jangan lupa datang ke keraton ya…. Nah untuk besok tanggal 26 Juni 2011 dari jam 09.00-14.00WIB akan diadakan acara pemberian gelar pangkat dan sesebutan untuk abdi dalem di bangsal Smorokoto dan di Kusumo Wandoyo Kasentanan untuk para sentono dalem (asing ya nama tempatnya…itu merupakan bagian dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat), sekaligus juga akan diadakan dialog budaya dengan tema “menjalin kebhinekaan menjaga persatuan nusantara” kerja sama antara Keraton Surakarta dengan Pemerintah Popinsi Lampung. Wah..sepertinya seru tuh dialognya dan yang pasti dapat memperkaya pengetahuan kita mengenai kekayaan budaya di Indonesia. Jangan sampai ketinggalan deh…

Selanjutnya, tepat tanggal 25 Rajab atau tanggal 27 Juni 2011 mulai jam 10.00WIB akan dilaksanakan puncak upacara adat Tingalan Jumenengan di Sasono Sewoko (bagian keraton juga nich). Acara puncak Tingalan Jumenengan dalem yang penuh makna itu ditandai dengan digelarnya tari bedhaya ketawang. Tari Bedhaya Ketawang ini dipentaskan selama 1,5 jam oleh sembilan penari yang menceritakan keluhuran manusia dalam gerak, dan menggambarkan perjalanan hidup manusia dari lahir, menginjak remaja, dewasa hingga maut menjemputnya. Tari bedhaya ketawang ini juga memiliki kesakralan tersendiri yang hanya boleh dipentaskan pada acara tingalan jumenengan dalem. Untuk informasi mengenai tari bedhaya ketawang ini akan kami uraikan dalam tulisan tersendiri dalam terbitan selanjutnya, jadi jangan bosan kunjungi situs ini ya….hehe…

Serangakaian acara Tingalan Jumenengan dalem pada Malam harinya akan digelar pertunjukan wayang orang di pagelaran. Wayang orang nya akan dimainkan oleh keluarga besar SISKS PB XIII lho…. Rangkaian acara ini akan diakhiri dengan wayang kulit oleh pokoso cabang kota Solo pada hari Rabu 29 Juni 2011 di pagelaran Keraton Surakarta.

Salah satu upacara adat yang diadakan setahun sekali di Keraton Surakarta Hadiningrat itu sarat dengan budaya Mataram. Mulai dari tempat jumenengan yanng penuh filosofi, tarian bedhaya ketawang, kirab budaya, serta paes. Semuanya harus ditempuh tidak boleh tidak untuk menggelar hajatan ageng Keraton ini. Kegiatan ini merupakan ritual sekaligus meminta dukungan dari berbagai kalangan untuk menjaga kebudayaa. Salah satu pesan dari adik SISKS PB XIII, GPH Kusumo Yudho pada prosesi tingalan jumenengan dalem ke-4 atau tiga tahun yang lalu adalah sebagai berikut “kita jangan sampai kehilangan kiblat budaya yang positif. Kami tidak mungkin menjaga sendiri, karena itu mereka yang mendapat gelar orang-orang yang kami nilai telah membantu menjaga budaya Jawa.”

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk memperkaya pengetahuan kita tentang budaya dan menjadikan kita generasi muda yang sadar budaya. Selamat membaca, mohon kritik dan saran untuk memperbaiki tulisan-tulisan kami selanjutnya. Terimakasih…..

Sumber :

http://buntetpesantren.org/

http://ketoprakhumor.wordpress.com/

http://harianjoglosemar.com/

http://seputarsolo.com/

Posted on 25/06/2011, in Adat Istiadat and tagged , , , . Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar